Payakumbuh, Sumatera Barat – Di era pendidikan modern, konsep inklusi menjadi pondasi utama dalam membangun masyarakat yang adil dan setara. Salah satu inovasi menarik yang lahir dari pendekatan ini adalah program Merdekapreneur di kelas inklusi, sebuah inisiatif di SMA Islam BS Raudhatul Jannah Payakumbuh yang membimbing Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menuju kemandirian finansial.
Di sekolah ini, guru berperan sebagai mentor holistik. Mereka tidak hanya mengajarkan kurikulum akademik, tetapi juga mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Misalnya, siswa dengan autisme yang memiliki kemampuan fokus tinggi dibimbing membuat kerajinan tangan unik dari bahan daur ulang, sementara siswa dengan disabilitas fisik diberikan keterampilan digital seperti desain grafis sederhana yang dapat dijual secara online.
Proses bimbingan dimulai dengan identifikasi potensi individu melalui asesmen yang memetakan kekuatan dan keterbatasan siswa. Dari situ, guru merancang program personalisasi yang menghasilkan kegiatan nyata seperti penyusunan rencana bisnis sederhana, kunjungan lapangan ke usaha lokal di Payakumbuh, hingga pertemuan dengan pengusaha muda sebagai inspirasi. Siswa juga berkesempatan mempraktikkan kewirausahaan lewat aksi bisnis kecil di sekolah, serta menjalani magang di sentra produksi dan penjualan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam dunia usaha.
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya membantu siswa lebih mandiri secara finansial, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri. Keterbatasan seperti gangguan penglihatan atau pendengaran tidak lagi menjadi penghalang, melainkan pemicu inovasi. Salah satunya terlihat dari karya siswa tuna rungu yang mampu memproduksi audio book untuk kemudian dipasarkan secara digital.
Lebih jauh, program Merdekapreneur menegaskan pentingnya nilai kebersamaan dalam kelas inklusi. Siswa reguler dan ABK belajar bersama, membangun empati serta kolaborasi, sehingga ABK tidak lagi merasa terpinggirkan. Guru menanamkan nilai bahwa setiap kontribusi memiliki arti, sehingga ABK tumbuh dengan rasa percaya diri untuk menghadapi dunia luar.
Kepala SMA Islam BS Raudhatul Jannah, Ahmad Fadhli, menekankan bahwa inisiatif ini selaras dengan semangat kemerdekaan Indonesia. “Kemerdekaan bukan hanya terbebas dari penjajahan asing, tetapi juga terbebas dari rasa rendah diri dan ketakutan atas keterbatasan. Melalui program ini, siswa ABK kami ajak untuk bangkit, percaya diri, dan mandiri,” ujarnya.
Program Merdekapreneur menjadi bukti nyata bahwa pendidikan dapat menjadi alat pembebasan. Dengan dukungan guru, lingkungan sekolah, dan semangat kebersamaan, siswa ABK mampu menunjukkan potensi mereka. Inilah saatnya mereka merdeka dari penjajahan diri, berdiri sejajar dengan yang lain, dan berkontribusi nyata bagi keluarga serta masyarakat.




