Banyak Diminta, Ruang Pembelajaran Khusus Memberikan Dampak pada Potensi Siswa

Slawi – Di tengah penerimaan masyarakat yang belum utuh, sekolah luar biasa (SLB) menjadi tempat bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mengembangkan potensi diri. Untuk itulah, SLB perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang sesuai standar berkualitas agar dapat mendukung pengembangan potensi siswa.


Melalui Program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSPP), banyak SLB mengajukan pembangunan ruang pembelajaran khusus untuk memaksimalkan pembelajaran bagi para siswa. Lalu apa sebenarnya ruang pembelajaran khusus ini? 


Atiek Wismarini, guru SLBN Slawi, Tegal, Jawa Tengah, mengatakan bahwa ruang pembelajaran khusus merupakan sebuah ruangan pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan terapi atau intervensi yang disesuaikan dengan jenis ketunaan siswa. 


“Masing-masing SLB kebutuhan ruang pembelajaran atau program khususnya itu bisa jadi berbeda-beda, dan lebih disesuaikan dengan ketunaan yang dilayani. Misalnya, untuk tunagrahita biasanya memerlukan ruang pembelajaran khusus bina dir,i sementara untuk tunarungu biasanya memerlukan ruang bina wicara,” kata Atiek yang ditemui saat groundbreaking program PSPP pekan lalu.


Pada program PSPP tahun 2025 ini, SLBN Slawi sendiri mendapatkan alokasi untuk ruang pembelajaran khusus berupa ruang Bina Diri dan juga Bina Wicara. Ruang Bina Wicara akan digunakan untuk latihan wicara perseorangan bagi peserta didik tunarungu yang biasanya juga mengalami hambatan bicara. Sementara itu, ruang Bina Diri digunakan bagi siswa tunagrahita. 


Selain ruang pembelajaran khusus Bina Diri dan Bina Wicara, masih ada lagi ruang pembelajaran khusus yang biasa ada SLB. Misalnya, ruang Orientasi dan Mobilitas (OM) yang digunakan untuk latihan keterampilan gerak, pembentukan postur tubuh, gaya jalan, dan olahraga bagi peserta didik tunanetra. 


“Kalau untuk tunarungu selain ruang bina wicara juga ada Ruang Bina Persepsi Bunyi dan Irama yang digunakan untuk latihan mengembangkan kemampuan memanfaatkan sisa pendengaran dan/atau perasaan vibrasi untuk menghayati bunyi dan rangsang getar di sekitarnya, serta mengembangkan kemampuan berbahasa khususnya bahasa irama bagi peserta didik tunarungu,” tambah Atiek.


Ruang Bina Diri ini akan dirancang seperti rumah lengkap dengan perabot serta layout yang menyerupai rumah pada umumnya. Tujuannya adalah agar siswa dapat belajar secara lebih real terkait dengan berbagai kecakapan hidup seperti menyalakan kompor, memotong sayur atau buah, berpakaian, merawat diri, dan sebagainya. 


“Sementara ruang Bina Wicara biasanya dilengkapi dengan fasilitas, seperti cermin, headset, microphone, meja, kursi, dan lemari,” tambah Atiek.


Menurut Atiek, kemampuan berbahasa seorang anak berkebutuhan khusus merupakan indikator yang mempengaruhi seluruh perkembangannya. Kurangnya fasilitas untuk menstimulasi akan menyebabkan gangguan yang dialami anak berkebutuhan khusus menetap.


“Adanya ruang pembelajaran khusus pada sekolah khusus sangat perlu difasilitasi untuk mengembangkan potensi anak-anak,” tambah Atiek.