Belajar Mandiri dan Peduli Lingkungan Melalui Bercocok Tanam Bunga Marigold di SLB Negeri 1 Karangasem

Karangasem, Bali — Inovasi pembelajaran kontekstual kembali ditunjukkan oleh SLB Negeri 1 Karangasem melalui kegiatan bercocok tanam bunga marigold (gumitir). Kegiatan ini menjadi praktik baik dalam pembelajaran kokurikuler yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan dasar, tetapi juga menumbuhkan kemandirian, kedisiplinan, serta kepedulian terhadap lingkungan bagi peserta didik berkebutuhan khusus.

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menuntut strategi dan metode yang berbeda. Peserta didik di SLB umumnya lebih mudah memahami konsep melalui pengalaman nyata yang melibatkan pancaindra secara langsung. Berangkat dari prinsip tersebut, guru di SLB Negeri 1 Karangasem mengembangkan kegiatan bercocok tanam sebagai media pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Kepala SLB Negeri 1 Karangasem menjelaskan, “Kami ingin agar anak-anak belajar tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga melalui pengalaman langsung. Dengan menanam dan merawat bunga, mereka belajar tanggung jawab, kerja sama, dan arti dari proses,” ujarnya.

Menanam Nilai dan Keterampilan Hidup

Kegiatan bercocok tanam marigold dimulai dari tahap persiapan media tanam, seperti menyiapkan polybag, tanah, pupuk, dan bibit bunga. Guru memperkenalkan alat dan bahan sambil memberikan penjelasan sederhana agar peserta didik memahami fungsinya. Tahap ini menjadi dasar penting sebelum anak terjun langsung ke kegiatan menanam.

Selanjutnya, peserta didik diajak menanam bibit bunga ke dalam polybag dengan bimbingan guru. Aktivitas ini melatih koordinasi tangan dan mata sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri. Setiap langkah diberikan apresiasi dan motivasi, menciptakan suasana belajar yang positif dan menyenangkan.

Tahap berikutnya adalah perawatan tanaman. Anak-anak belajar menyiram tanaman, menjaga kebersihan area tanam, dan memastikan tanaman mendapat cukup sinar matahari. Kegiatan ini tidak hanya mengasah keterampilan motorik, tetapi juga menanamkan nilai tanggung jawab dan konsistensi.

Saat bunga mulai mekar, peserta didik memasuki tahap panen bunga marigold. Bunga hasil panen dimanfaatkan untuk kegiatan upacara keagamaan di sekolah dan sebagian dijual sebagai latihan kewirausahaan sederhana. Anak-anak merasa bangga melihat hasil kerja keras mereka, sekaligus belajar bahwa setiap usaha memiliki nilai dan manfaat.

Hasil dan Dampak Positif

Melalui kegiatan ini, peserta didik mampu memahami proses bercocok tanam dari awal hingga panen. Keterampilan motorik halus dan kasar meningkat, karakter disiplin dan peduli lingkungan mulai tumbuh, serta rasa percaya diri anak semakin kuat.

Guru pendamping menuturkan, “Anak-anak menjadi lebih aktif, berani mencoba, dan merasa bahagia saat melihat bunga yang mereka tanam tumbuh subur. Ini menjadi bukti bahwa pembelajaran kontekstual sangat efektif bagi mereka,” ungkap salah satu guru pengampu kegiatan.

Selain memberikan manfaat bagi siswa, kegiatan ini juga membawa dampak positif bagi sekolah dan lingkungan sekitar. Sekolah menjadi lebih hijau dan asri, sementara masyarakat sekitar mulai tertarik meniru praktik serupa sebagai bentuk edukasi lingkungan.

Menumbuhkan Pendidikan yang Bermakna

Kegiatan bercocok tanam bunga marigold di SLB Negeri 1 Karangasem menunjukkan bahwa pembelajaran kokurikuler dapat menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan karakter, keterampilan hidup, dan kemandirian peserta didik berkebutuhan khusus.

Lebih dari sekadar kegiatan menanam, praktik ini merupakan bentuk nyata pendidikan yang berpihak pada anak dan berakar pada konteks budaya lokal Bali. Dengan bimbingan yang sabar dan pendekatan yang kreatif, guru berhasil menghadirkan pembelajaran yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi.

“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus dikembangkan, karena melalui kegiatan sederhana, anak-anak belajar banyak hal tentang kehidupan,” tutup Kepala SLB Negeri 1 Karangasem.