Cerita Kasidah, Kepala SLB YPPC Banda Aceh, Ubah Rawa jadi Sekolah dengan Program Revitalisasi

Banda Aceh – Program Revitalisasi Satuan Pendidikan terus mendatangkan berbagai cerita baik dari penjuru negeri. Berbagai cerita tentang bagaimana mengubah wajah sekolah lama menjadi baru yang jauh lebih nyaman bagi para murid. Salah satunya adalah tentang Kasidah, Kepala SLB YPPC Banda Aceh, yang  mengubah rawa menjadi tempat belajar yang nyaman bagi para muridnya. 

SLB YPPC Banda Aceh menjadi salah satu sekolah yang menerima program bantuan revitalisasi satuan pendidikan. Secara keseluruhan sekolah ini mendapat bantuan berupa pembangunan sejumlah ruang belajar, ruang program khusus, ruang keterampilan basah, dan toilet. 

Adalah Kasidah, sosok penting dibalik revitalisasi sekolah di SLB YPPC Banda Aceh. Sebagai kepala sekolah, kegigihan Kasidah menjalankan program bantuan revitalisasi tak lepas dari keinginannya untuk memiliki ruang belajar yang nyaman bagi para muridnya.

“Sekolah kami yang lama sangat kecil dan itu pun menumpang, pinjam pakai milik Pemerintah Aceh, termasuk gedung merupakan gedung bantuan untuk YPPC,” kata Kasidah beberapa waktu lalu. 

Padahal, lanjut Kasidah, jumlah murid yang mendaftar di sekolahnya terus bertambah setiap tahunnya. Dengan jumlah murid yang terus bertambah, membuat kapasitas ruangan kelas semakin terbatas. Alhasil, ruang belajar tidak hanya dimanfaatkan untuk belajar saja, akan tetapi juga untuk fungsi-fungsi lainnya. 

“Ruang keterampilan tata boga saja misalnya kami juga jadikan sebagai mushola. Jadi kalau ada murid yang sedang praktik memanggang roti kemudian kita solat, wah bau wangi kue,” ujar Kasidah. 

Hampir sebagian besar guru juga tidak memiliki ruangan kerja karena keterbatasan ruangan dan tempat. 

“Semua ruangan yang ruang guru jadinya,” Kasidah menambahkan. 

Selain itu, lokasi bangunan juga terhalang dengan bangunan lainnya. Sekolah juga tidak memiliki halaman tempat bermain. 

“Sekolah juga sering banjir, suasana penat dalam beraktivitas,” ungkat Kasidah.

Beberapa tahun lalu, SLB YPPC berhasil membeli sebidang tanah di wilayah Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Lokasinya sekitar 5–6 kilometer dari lokasi sekolah lama yang ada di wilayah Labui, Kecamatan Baiturrahman. 

Namun, ruang kelas di sekolah baru juga masih sangat terbatas. Hanya beberapa ruangan saja. Beberapa siswa juga sebenarnya mulai belajar di sekolah baru tersebut di Lambaro meskipun jumlahnya hanya sebagian saja. 

“Tahun lalu kami mencoba mengajukan bantuan dan alhamdulilah kami dapat program revitalisasi ini,” kata Kasidah. 

Tak Mudah 

Tantangan dalam proses pembangunan nyatanya bukan datang dari bantuan yang diberikan. Persoalan datang justru dari proses pembangunan sekolah itu sendiri. 

“Tempat kami ini kan ini rawa-rawa. Susah sekali untuk membangunya karena airnya keluar terus waktu digali,” kata Kasidah. 

Beruntung dalam pelaksanaannya program revitalisasi ini melibatkan perguruan tinggi dan para ahli sebagai pendamping sehingga kesulitan tersebut bisa diatasi.

“Kami konsultasi dengan pendamping dari Politeknik Negeri Medan dan Direktorat, dari Kementerian untuk bagaimana mengatasi persoalan ini,” ujar Kasidah. 

Akhirnya, pihak pelaksana menanam cerucuk kayu agar tanah bisa kokoh dijadikan fondasi. Sekolah juga meminjam pompa air berkapasitas besar milik Masjid Raya Baiturrahman untuk mengurangi debit air hingga akhirnya satu persatu ruangan kelas yang dirancang dapat berdiri. 

“Kami berharap dengan adanya bangunan baru, motivasi guru dan anak-anak meningkat karena punya ruang belajar yang layak,” ungkapnya.

Sumber: vokasi.kemendikdasmen.go.id