Kuningan – Bermula dari keinginan untuk membuktikan penyandang disabilitas bisa belajar dan berkarya, jalan hidup justru membawa Kokoy Kunaeti menjadi kepala Sekolah Luar Biasa (SLB). Di tengah keterbatasannya sebagai penyandang Tunanetra, Kokoy tidak hanya berhasil menjadi kepala sekolah, ia juga membawa SLB Taruna Mandiri yang dipimpinnya menjadi SLB vokasional terkemuka.
SLB Taruna Mandiri merupakan salah satu SLB negeri yang berada di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Berbeda dari SLB pada umumnya, SLB Taruna Mandiri memiliki banyak program keahlian untuk membekali peserta didiknya dengan keterampilan vokasional.
“Selaras dengan visi besar program pendidikan khusus dan layanan khusus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, kami ingin lulusan kami itu “BMW Mamah” yakni Bekerja, Melanjutkan, Wiraswasta/Wirausaha, dan Mandiri di Rumah,” kata Kokoy beberapa waktu lalu.

Sebagai penyandang disabilitas tunanetra, Kokoy mengaku sempat ragu apakah bisa memimpin SLB yang dinilai cukup besar tersebut. SLBN Taruna Mandiri memiliki jumlah guru serta peserta didik yang beragam.
“Jujur, pertama kali ditempatkan di sini rasanya campur aduk, senang, bangga, tapi juga sempat ragu. Sebagai penyandang disabilitas netra, saya sempat bertanya dalam hati, bisa nggak ya saya memimpin di sini?,” ujar Kokoy yang pernah meraih penghargaan sebagai kepala SLB terbaik ketiga dalam Pemanfaatan Platform Digital Pendidikan pada Anugerah TIK Pendidikan (ATIKAN) Jawa Barat Tahun 2024.

Nyatanya, keterbatasan Kokoy bukan jadi penghalang. Dengan kemampuan yang dimiliki, Kokoy mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif di sekolah. Bersama timnya, Kokoy juga terus mendorong sekolah ini untuk maju. Bahkan, SLBN Taruna Mandiri kini menjadi SLB rujukan bagi banyak satuan pendidikan lainnya.
Sejak memimpin sekolah ini pada 2022 lalu, Kokoy terus mengembangkan SLB ini layaknya sekolah menengah kejuruan (SMK) yang terkenal dengan vokasionalnya. Program vokasional terus digarap dengan serius. Tujuannya satu, yaitu kemandirian dan kebekerjaan para lulusannya.
“Apa sih yang orang tua inginkan selain kemandirian putra-putri yang mereka sekolahkan di sini. Dan, apa sih kebutuhan peserta didik selain keterampilan yang akan menjadi bekal kemandirian mereka setelah lulus,” terang Kokoy mengenai semangatnya untuk menjadikan SLBN Taruna Mandiri sebagai SLB vokasional di Jawa Barat.
Dalam upaya menuju SLB vokasional, langkah pertama Kokoy adalah menyusun perencanaan program vokasional yang matang dan terarah. Ia mulai melakukan asesmen minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik secara menyeluruh agar program yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan potensi peserta didik.
Kokoy juga menganalisis kondisi lingkungan sekitar sekolah, termasuk peluang kerja, sumber daya lokal, serta keberadaan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang bisa diajak bekerja sama. Ia juga aktif membentuk tim pengembang kurikulum vokasional yang terdiri atas guru, praktisi, dan mitra strategis agar program tidak berjalan sendiri-sendiri, tapi saling terintegrasi.
“Kami menyusun visi vokasional sekolah yang tidak hanya menyiapkan siswa untuk bekerja, tapi juga untuk melanjutkan, wirausaha, dan mandiri di rumah sesuai kemampuan masing-masing,” ujar Kokoy.
Dari hasil perencanaan itu, Kokoy dan timnya mulai merancang berbagai program unggulan. Salah satunya adalah produksi batik khas yang diberi nama “Muning Cerme”. Batik ini sudah melalui proses HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Selain itu, ia juga mengembangkan Jurusan Tata Graha Perhotelan yang sudah bermitra dengan beberapa hotel di Kabupaten Kuningan.
“Seluruh program tersebut dibangun dengan semangat kolaborasi antara sekolah, orang tua, pemerintah daerah, dan mitra industri. Tujuannya adalah untuk melahirkan lulusan SLB yang mandiri dan bisa berkarya,” terangnya.