Magelang – Di balik keterbatasan intelektual yang dimiliki, tersimpan potensi besar yang siap diasah dan dikembangkan. Potensi ini tampak nyata dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Gaya Hidup Berkelanjutan: Bebas Sampah Sekolahku Indah” di SLB Negeri Kota Magelang.
Dalam kegiatan tersebut, siswa dengan hambatan intelektual menunjukkan bahwa disabilitas bukanlah batas untuk berkarya. Mereka terlibat aktif dalam pelatihan vokasional pembuatan vest dari kain perca—kain sisa yang disulap menjadi busana bernilai guna sekaligus estetis. Dengan bimbingan sabar dan pendekatan yang tepat, para siswa mampu menjahit, menyusun motif, hingga memadukan warna dengan kreativitas mereka sendiri.
Kegiatan vokasional ini bukan hanya melatih keterampilan sebagai bekal hidup mandiri, tetapi juga menanamkan nilai penting pelestarian lingkungan melalui pemanfaatan kembali bahan sisa. Hasil karya mereka tak sekadar berupa busana, melainkan bukti nyata bahwa inklusi dan kesempatan setara dapat melahirkan prestasi yang membanggakan.
SLB Negeri Kota Magelang merupakan sekolah yang berfokus pada keterampilan vokasi. Layanan pendidikan yang diberikan diarahkan untuk membekali siswa dengan keterampilan teknis dan praktis agar siap terjun ke dunia kerja. Bagi anak dengan hambatan intelektual, pembelajaran vokasional menjadi jalan untuk menemukan potensi diri. Dengan waktu belajar yang lebih panjang, pendekatan yang sabar, serta pendampingan intensif, mereka mampu menguasai keterampilan bermanfaat dan bernilai.
Dalam pelatihan menjahit, siswa diajarkan langkah-langkah dasar seperti mengenal alat jahit, menjahit lurus, memasang kancing, hingga membuat pola sederhana. Semua proses dilakukan dengan pendekatan berulang agar mudah dipahami. Puncaknya, para siswa berhasil menghasilkan vest dari kain perca—produk fesyen unik yang memiliki nilai estetika sekaligus nilai jual.
Lebih dari sekadar keterampilan tangan, kegiatan ini menumbuhkan rasa percaya diri, melatih kemandirian, serta memberikan pengalaman menghasilkan karya yang bernilai ekonomi. Vest-vest yang lahir dari tangan istimewa para siswa ini menjadi pesan kuat bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk berkarya dan berdaya, tanpa terkecuali.
Harapannya, dunia industri semakin terbuka dan inklusif dalam memberikan ruang kerja bagi penyandang disabilitas. Dukungan pemerintah pusat maupun daerah juga sangat dibutuhkan untuk memfasilitasi, membuka akses, serta memastikan hak yang sama bagi penyandang disabilitas dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan layak.
Karena sesungguhnya, disabilitas bukanlah batas. Mereka hanya membutuhkan kesempatan, bimbingan, dan kepercayaan untuk membuktikan bahwa mereka pun mampu berkarya, mandiri, dan berkontribusi bagi masyarakat.




