LKS Diksus 2025: 285 Siswa Berkebutuhan Khusus Berkompetisi di Tingkat Nasional

Tangerang – Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Pendidikan Khusus (Diksus) Tingkat Nasional 2025 menjadi panggung perdana bagi para peserta didik berkebutuhan khusus untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Sebanyak 285 siswa dari berbagai provinsi berpartisipasi dalam sembilan cabang lomba, membuktikan bahwa keterbatasan tidak menghalangi semangat berprestasi.

Salah satu peserta adalah Galih Abdul Fathir Mufaqih, siswa SLB Negeri Tenggarong, Kalimantan Timur. Guru pendampingnya, Muhammad Ardinanda, mengungkapkan bahwa Fathir mengikuti cabang lomba Teknologi Informasi dengan semangat luar biasa. Ia menuturkan, “Syukur alhamdulillah, tahun ini Fathir untuk pertama kalinya berhasil lolos ke tingkat nasional. Selama dua bulan terakhir, ia berlatih dan belajar lebih giat untuk menghadapi kompetisi ini. Harapan kami tentu bisa memperoleh hasil terbaik.”

Ardinanda menambahkan, melalui ajang ini ia ingin menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian Fathir. Menurutnya, pengalaman di LKS akan menjadi bekal berharga, baik saat melanjutkan pendidikan, memasuki dunia kerja, maupun ketika terjun ke masyarakat.

Sementara itu, Widya Nasrul, guru SLB Negeri Batu Merah, Ambon, yang mendampingi peserta di cabang Tata Boga, juga menyampaikan rasa syukurnya. Ia menilai, meski dengan segala keterbatasan, siswanya menunjukkan tekad kuat untuk mengembangkan potensi diri. “Setiap hari setelah pembelajaran, murid kami diarahkan ke ruang keterampilan untuk terus berlatih. Semoga setelah mengikuti LKS, keterampilan, kepercayaan diri, dan motivasi belajar mereka semakin meningkat sehingga dapat menjadi bekal hidup di masa depan,” tuturnya.

Harapan Para Juri

Dalam cabang Teknologi Informasi, juri Agus Agung Permana menjelaskan bahwa penilaian peserta mencakup empat aspek: pemahaman masalah, ketepatan solusi, kecepatan, dan keterampilan menggunakan Microsoft Excel. Ia berharap ajang ini tidak hanya melatih kemampuan teknis, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri siswa untuk bersaing di dunia kerja atau bahkan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Sementara itu, juri cabang Membatik, Cahyani, menilai karya batik siswa berkebutuhan khusus memiliki kualitas yang layak dipasarkan. “Setiap tahun saya kagum dengan semangat dan kreativitas mereka. Karya batik yang dihasilkan bukan hanya indah, tetapi juga membuktikan bahwa mereka mampu menjadi sumber daya manusia unggul dan bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor : 444/sipers/A6/VIII/2025

#PendidikanBermutuuntukSemua 
#KemendikdasmenRamah
#KitaIstimewa
#TerampilIstimewa