Praktik Membatik di SLB Asy-Syifa’ Selong: Wujud Pembelajaran Inklusif dan Pelestarian Budaya

Selong — Di tengah upaya memperkuat pendidikan inklusif dan keterampilan hidup bagi peserta didik berkebutuhan khusus, SLB Asy-Syifa’ Selong terus menghadirkan inovasi pembelajaran berbasis budaya. Salah satu program unggulan sekolah ini adalah kegiatan membatik, yang tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya lokal tetapi juga sebagai media terapi dan pemberdayaan bagi para siswa.

Bagi para guru di SLB Asy-Syifa’ Selong, membimbing peserta didik berkebutuhan khusus merupakan perjalanan penuh ketulusan dan pembelajaran. Banyak pendidik datang dari latar belakang umum, namun dengan komitmen dan belajar langsung dari pengalaman, mereka mampu mengembangkan pendekatan yang tepat dan penuh empati.

“Hari pertama saya mengajar anak berkebutuhan khusus menjadi pengalaman yang sangat berarti. Saya belajar bahwa mengajar mereka bukan hanya soal materi, tetapi bagaimana memahami cara berpikir dan berkomunikasi mereka,” ujar salah satu guru pendamping, Fitri, S.Pd. “Setiap anak di sini adalah inspirasi. Mereka mengajarkan saya tentang kesabaran dan ketulusan.”

Pelestarian Warisan Budaya Lewat Batik Rinjani

Program membatik di SLB Asy-Syifa’ Selong mengadopsi motif khas daerah Lombok, yaitu Batik Rinjani, yang terinspirasi dari keindahan alam Gunung Rinjani. Motif bunga berwarna cerah dipadukan dengan dasar biru tua melambangkan keteduhan dan keindahan alam pegunungan.

Kegiatan ini dilakukan melalui tahapan bertahap, mulai dari pengenalan alat, mencanting, memberi warna, hingga proses pengeringan kain. Setiap proses dilakukan dengan pengawasan intensif dan pendampingan metode yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing siswa, seperti pendekatan visual untuk siswa tunagrahita atau suasana belajar tenang bagi siswa dengan autisme.

“Kami memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk belajar sesuai kemampuan mereka. Tidak semua harus menyelesaikan satu kain batik lengkap; ada yang fokus pada mencanting, ada yang mewarnai. Yang terpenting adalah proses dan perkembangan mereka,” jelas Kepala Sekolah SLB Asy-Syifa’ Selong, Nurhayati, M.Pd.

Lebih dari Sekadar Seni

Praktik membatik memberi dampak besar bagi perkembangan siswa. Selain meningkatkan kemampuan motorik halus dan ketelitian, kegiatan ini menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian. Anak-anak juga belajar mengekspresikan kreativitas melalui motif dan perpaduan warna.

Bahkan, beberapa karya batik siswa telah dipamerkan dan dijual dalam kegiatan sekolah dan pameran pendidikan di wilayah Lombok. Hasilnya digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan pengembangan keterampilan siswa.

Langkah Menuju Pendidikan Inklusif Berkualitas

Meski masih menghadapi keterbatasan pada fasilitas dan pelatihan khusus bagi guru, program membatik di SLB Asy-Syifa’ Selong menjadi bukti bahwa pendidikan inklusif dapat berjalan efektif ketika diberikan perhatian dan dukungan yang tepat.

“Kami percaya setiap anak memiliki potensi luar biasa. Tugas kami adalah membuka jalan dan mendampingi mereka untuk tumbuh percaya diri, kreatif, dan mandiri,” tutup Nurhayati.

Melalui kegiatan ini, siswa berkebutuhan khusus membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berkarya dan berprestasi. Program pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain di Indonesia untuk memperkuat pendidikan inklusif sekaligus melestarikan budaya bangsa.